Investor pemula kebanyakan masih terbilang agak takut mengambil risiko. Hal itu terlihat dari profil risikonya. Rata-rata pemula lebih memilih risiko yang kecil meski dengan keuntungan yang kecil juga. Jarang ada investor pemula jika dilihat dari profil risikonya menunjukkan mereka berani untuk berinvestasi di reksadana Saham.
Meski mereka juga tahu bahwa keuntungan yang diraih bakal lebih besar. Hal ini bisa dimaklumi karena jika seseorang belum mengenal reksadana atau saham, dan baru terbiasa dengan deposito, tentunya karakteristik deposito yang sangat konvensional begitu melekat pada mereka.
Dalam anggapan mereka, dengan hanya menaruh sejumlah uang kemudian setiap bulan mendapatkan hasil keuntungan yang otomatis masuk ke dalam rekening tabungan, merupakan hal yang sudah nyaman. Padahal sesungguhnya nilai pokok simpanan mereka dalam deposito itu terus tergerus inflasi tanpa disadari.
Nah, karenanya mari mengenal macam-macam reksadana yang mana yang sesuai dengan tujuan keuangan kita.
Reksadana PASAR UANG
Bagi pemula yang sudah terbiasa dengan melakukan investasi pada deposito ada baiknya untuk mencoba mulai berinvestasi di reksadana pasar uang. Dibandingkan dengan reksadana lainnya, risiko pada reksadana pasar uang paling kecil. Keuntungannya sedikit lebih bagus daripada deposito dengan fleksibilitas penarikan dananya yang kapan saja tanpa harus menunggu waktu jatuh tempo – berbeda dengan deposito.
Return reksadana pasar uang sekitar 0,5% per bulan, hampir mirip dengan deposito ya… Dan pada reksadana pasar uang tidak ada fee untuk masuk dan keluar. Catatan bagi yang ingin melakukan redemption atau menarik sejumlah dana dari reksadana pasar uang, sebaiknya lakukan 3-4 hari kerja sebelum dana tersebut dibutuhkan, karena rata-rata pencairan unit pada reksadana adalah T3 untuk sampai ke rekening investor.
Untuk jangka waktu investasi kurang dari 1 tahun, reksadana pasar uang merupakan instrumen investasi yang bisa dipilih. Contohnya, kita tahu bahwa 6 bulan ke depan ada kebutuhan untuk membayar uang pangkal sekolah anak sejumlah Rp 10 juta. Idealnya sih dana ini sudah dipersiapkan sejak lama, tapi karena memang kita baru tahu hal ini … ya sudahlah, mulai investasinya dari sekarang saja. Nah, dengan jangka waktu yang pendek ini sebaiknya investasi di reksadana pasar uang, misalnya Rp 2 juta per bulan.
Contoh kasus lainnya adalah apabila seseorang mempunyai dana yang cukup besar tapi dana tersebut baru akan digunakan 3 minggu ke depan, maka bisa saja dana tersebut di simpan dulu di reksadana pasar uang untuk jangka waktu 2 minggu. Misal ada dana sejumlah Rp 125 juta, jika disimpan di reksadana pasar uang dengan asumsi return 0,38% per bulan, maka jika dititipkan selama 2 minggu di reksadana pasar uang akan memperoleh keuntungan sekitar Rp 237.500. Lumayan kan… karena untuk didepositokan dalam jangka waktu kurang dari 1 bulan tidak bisa.
Reksadana PENDAPATAN TETAP
Reksadana selanjutnya adalah reksadana pendapatan tetap, sedikit lebih tinggi imbal hasilnya. Cocok untuk investasi yang jangka waktunya antara 1-3 tahun. Pemula biasanya juga memilih reksadana ini untuk perkenalan dengan reksadana. Keuntungan yang didapat antara 7% – 12% per tahun. Tapi ada juga yang kinerjanya bisa memberikan return sampai di atas 20% per tahun.
Jika di reksadana pasar uang tidak ada ketentuan biaya pembelian (top up) dan biaya penjualan kembali (redemption), maka pada reksadana di jenis ini ada yang memberlakukan biaya-biaya tersebut. Biasanya biaya yang dibebankan sekitar 0,5% – 3% dari besarnya nominal yang diinvestasikan untuk setiap transaksi.
Dengan adanya biaya-biaya tersebut, tentunya kita juga harus lebih berhitung untuk menentukan kapan bisa menarik dana yang diinvestasikan. Paling tidak jika dananya akan ditarik, maka setidaknya harus dilihat dulu apakah investasinya sudah berkembang sehingga dana meski sudah dipotong biaya tetapi masih bisa memberikan keuntungan.
Misal investasi Rp 1.000.000 pada reksadana pendapatan tetap dengan biaya pembelian adalah 1%, maka dana yang diinvestasikan adalah Rp 990.000. Dengan NAB/unit pada saat itu Rp 1.018,22 akan diperoleh 972,28 unit. Di tahun berikutnya NAB/unit menjadi Rp 1.191,32 atau nilai investasi tersebut menjadi Rp 1.158.294. Terlihat jelas adanya keuntungan atas investasi ini sebesar Rp 158.294 (±15,8%). Hanya perlu diingat, bahwa nilai NAB/unit – atau gampangnya harga – dari reksadana tersebut bisa berfluktuatif setiap harinya. Saat sedang naik, maka keuntungan akan lebih tampak lagi, tapi saat NAB turun, maka serasa tidak ada keuntungan atau malah merugi. Meski begitu tidak perlu takut … fluktuasi di reksadana pendapatan tetap tidaklah terlalu besar.
Reksadana CAMPURAN
Nah.. reksadana yang ini risikonya lebih tinggi dibandingkan reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, yang tentunya juga akan memberi imbal hasil yang lebih tinggi dibanding kedua reksadana tersebut. Berapa sih kisaran return dari reksadana campuran ? Saya lebih suka mengasumsikan 9% – 18% untuk rata-rata return per tahun bagi reksadana campuran, meski tidak menutup kemungkinan bisa lebih besar dari itu.
Investasi di reksadana campuran cocok untuk investasi dengan jangka menengah sampai jangka panjang, yaitu di atas 3 tahun. Misalnya untuk menyiapkan Dana Pendidikan, yaitu apabila direncanakan 5 tahun ke depan nanti dibutuhkan dana untuk masuk Perguruan Tinggi sejumlah Rp100 juta, maka sebaiknya kita melakukan investasi mulai dari sekarang. Dengan perkiraan imbal hasilnya adalah 17% per tahun, investasi yang dilakukan untuk mencapai Dana Pendidikan yang direncanakan tersebut adalah sebesar Rp 1.070.000 setiap bulan selama 5 tahun.
Kenapa kok jangka waktunya untuk investasi di reksadana ini disarankan di atas 3 tahun? Jawabnya adalah fluktuasinya yang cenderung lebih besar dibandingkan reksadana pendapatan tetap. Bisa dicontohkan di sini :
Reksadana campuran – Schroder Dana Terpadu II mempunyai pertumbuhan return 8,64% untuk 1 tahun dan 80,53% untuk 3 tahun (Infovesta, 30 April 2012)
Kalau berpikiran dibagi rata, tentunya untuk return 3 tahun = 80,53%, maka return untuk 1 tahun = 26,84% …. Tapi faktanya tidak demikian. Hal ini bisa terjadi begitu karena naik-turun dari return reksadana tersebut.
Pada reksadana campuran ada beberapa yang mensyaratkan biaya pembelian dan biaya penjualan kembali atas unitnya, seperti halnya yang berlaku pada reksadana pendapatan tetap. Namun ada juga yang tidak memotong untuk biaya pembelian atau penjualan kembali.
Reksadana SAHAM
Fluktuasi reksadana yang satu ini cukuplah besar. Bisa memberikan return yang besar, tapi bisa pula merosot lebih tajam dibanding reksadana lainnya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar isinya adalah saham, yang memang sifatnya sangat berfluktuasi. Reksadana saham cocok untuk investasi jangka panjang dengan periode waktu di atas 5 tahun. Meski berfluktuasi, tapi kecenderungannya akan naik terus.
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG
SEMOGA ARTIKEL DALAM #BPG DAPAT MEMBANTU.
SALAM SAHABAT #BPG
Untuk terus mendapatkan postingan terupdate setiap harinya jangan lupa Follow twitter @david_iskandar3 bisa langsung KLIK DISINI