Cost Liquidity Concept
Konsep ini didasari pemikiran bahwa dalam pengelolaan likuiditas yang paling penting adalah sejauh mana terjadi keseimbangan antara biaya menahan alat likuid dengan risiko yang diakibatkannya. Atau dengan kata lain bahwa konsep ini menitikberatkan pada biaya yang timbul atas pengendalian likuiditas tersebut.
Dalam rangka mengendalikan likuiditas maka bank akan mengeluarkan biaya yaitu:
- Biaya menahan Alat likuid (Cost Of Maintaining Liquidity) yaitu biaya yang timbul karena harus menahan sejumlah uang baik dalam bentuk Kas maupun dalam bentuk rekening di Bank Indonesia sebagai alat likuid yang tidak menghasilkan bunga.
- Biaya Kekurangan Alat Likuid (Cost Of Lack Liquidity) yaitu biaya yang timbul karena kekurangan Alat likuid yang ditahan karena penarikan penarikan yang mendadak, sehingga bank harus mencari dana yang biayanya lebih besar dari biaya yang seharusnya dikeluarkan (biaya denda overdraft, biaya fasilitas diskonto, biaya pengambilan uang kas yang mendadak).
- apabila jumlah alat likuid sedikit, maka biaya untuk menahan alat likuid kecil, dan apabila jumlah alat likuid besar, biaya menahan alat likuid semakin besar.
- Apabila menahan jumlah alat likuid kecil, maka biaya untuk menahan alat likuid tersebut kecil namun risiko kekurangan alat likuid akan menjadi besar karena penarikan penarikan dana yang terjadi harus dicarikan dana yang mahal dan sebaliknya apabila menahan jumlah alat likuid besar, maka biaya untuk menahan alat likuid tersebut besar namun risiko kekurangan alat likuid akan menjadi kecil karena penarikan penarikan dana yang terjadi terpenuhi dengan dana yang tersedia.
Jumlah kedua biaya tersebut adalah Total Cost of Liquidity (Jumlah Biaya Dana untuk menahan likuiditas) yaitu penjumlahan dari Biaya Menahan Alat Likuid (Cost Of Maintain Liquidity) dan Biaya Kekurangan Alat Likuid (Cost of Lack Liquidity).
Ilustrasi dari penerapan konsep ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : Biaya Likuiditas
Jumlah Alat Likuid
|
Biaya Alat Likuid
|
Cost of Liquidity
| ||
Maintain
|
Insufficient
|
Maintain
|
Insufficient
| |
( a )
|
( b )
|
( c )
|
( d )
|
( e ) = ( c ) + ( d )
|
0
|
1000
|
0
|
15
|
15
|
250
|
750
|
3
|
10
|
13
|
500
|
500
|
5
|
5
|
10
|
750
|
250
|
10
|
3
|
13
|
1000
|
0
|
15
|
0
|
15
|
Dari tabel diatas, terlihat bahwa Biaya Likuiditas (e) semakin menurun sejalan dengan peningkatan jumlah alat likuid yang ditahan, dan pada satu titik Biaya Likuiditas terendah dan mulai meningkat lagi. Titik terendah jumlah biaya alat likuid menunjukkan effisiensi jumlah alat likuid yang harus ditahan oleh bank.
Pelaksanaan manajemen likuiditas dalam konsep ini lebih menitikberatkan pada arus dana masuk (cash in) dan arus dana keluar (cash out). Kebijakan penentuan posisi likuiditas bank dibuat berdasarkan posisi neto dari arus dana masuk dan arus dana keluar dalam satu periode pengamatan dengan memperhatikan kecenderungan suku bunga.
Yaitu konsep yang ingin mengetahui keadaan likuiditas bank secara keseluruhan. Apabila Liquidity Need di atas digunakan untuk pengambilan keputusan dalam jangka yang relatif pendek misalnya 1 bulan s/d 2 bulan maka liquidity index ini digunakan untuk mengetahui global likuiditas bank. Dari gambaran liquidity index maka bank akan dapat melakukan penyesuaian yang diperlukan dalam mengatur jangka waktu asset liability dan dikaitkan dengan kondisi eksternal (suku bunga dan “availability of funds”) agar bank terhindar dari risiko likuiditas.
Konsep ini lebih menitikberatkan pada posisi neraca atau dengan kata lain pengelolaan manajemen likuiditas berdasarkan penataan portofolio aktiva dan passiva. Terdapat 2 pendekatan yang dipakai dalam konsep ini :
a. Pool of Fund Appoach
Cash Flow Concept
Pelaksanaan manajemen likuiditas dalam konsep ini lebih menitikberatkan pada arus dana masuk (cash in) dan arus dana keluar (cash out). Kebijakan penentuan posisi likuiditas bank dibuat berdasarkan posisi neto dari arus dana masuk dan arus dana keluar dalam satu periode pengamatan dengan memperhatikan kecenderungan suku bunga.
Secara garis besar aliran dana (Cash Flow) bank terdiri dari 2 (dua) aliran (flow) dana yaitu:
- Aliran dana berdasarkan Kontrak (Contractual basis), yaitu aliran dana berdasarkan kontrak yang telah disepakati antara bank dengan nasabah, seperti maturity date atau tanggal jatuh tempo.
- Aliran dana berdasarkan karakteristik atau kebiasaan nasabah nasabah (Behavior basis), yaitu aliran dana berdasarkan karakter atau kebiasaan nasabah dalam berhubungan dengan bank.
Langkah – langkah pengelolaan likuiditas dalam cash flow concept dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Penyusunan Basic Surplus.
Yaitu suatu table yang menggambarkan posisi neto antara dana masuk (Cash In) dengan dana keluar (Cash Out)
dalam satu tanggal tertentu. Basic Surplus merupakan dasar operasi
harian bank dan juga sering disebut dengan Posisi Likuiditas bank (Liquidity Position) dan apabila disusun dalam beberapa tanggal/periode disebut dengan Liquidity Profile.
Basic Surplus positif berarti bank kelebihan dana dan Basic Surplus negatif berarti bank kekurangan dana. Kemudian dari cashflow tersebut disusunlah besar kecilnya suatu Liquidity Need Ratio yang merupakan persentase Net Funding Requirement dengan Interest Sensitive Funds.
Hal inilah yang manjadi dasar penetapan posisi likuiditas dengan
terlebih dahulu memperkirakan perubahan suku bunga. Jika suku bunga pada
periode mendatang diperkirakan akan meningkat, maka diusahakan
memperkecil rasio likuiditas, begitu pula sebaliknya, apabila
kecenderungan suku bunga pada periode yang akan datang menurun, maka
diusahakan memperbesar rasio likuiditas.
b. Penyusunan Liquidity Profile.
Menyusun
Liquidity Profile, (Kebutuhan Likuiditas), yaitu kondisi yang
menunjukkan jumlah dana yang harus harus disediakan / dibutuhkan dalam
satu periode tertentu ( 1 bulan atau 3 bulan atau lainnya). Liquidity Profile
adalah keadaan yang menggambarkan estimasi kondisi likuiditas suatu
bank sehingga dapat memberikan gambaran likuiditas bank agar terhindar
dari kekurangan dana. Contoh dari Liquidity Profile tersebut adalah sebagai berikut :
c. Penyusunan Liquidity Index
Balance Sheet Concept
Konsep ini lebih menitikberatkan pada posisi neraca atau dengan kata lain pengelolaan manajemen likuiditas berdasarkan penataan portofolio aktiva dan passiva. Terdapat 2 pendekatan yang dipakai dalam konsep ini :
a. Pool of Fund Appoach
Dalam pendekatan ini pengalokasian asset tidak dibedakan berdasarkan jenis dan sifat sumber dana (liablity).
Pertimbangan pengalokasian didasari dengan Peraturan Pemerintah, data
historis yang menyangkut perubahan-perubahan sumber dan penggunaan
dana, aliran kas, proyeksi situasi masa depan dan profitabilitas.
b. Asset conversion Approach
Pengalokasian asset
dalam pendekatan ini dibedakan berdasarkan jenis dan sifat sumber
dananya. Sederhananya adalah setiap alat alat likuid, harus disesuaikan
penggunaannya (pengalokasiannya) terhadap asset (baik asset likuid
maupun asset produktif) dengan umur yang sesuai (Pendekatan Konservatif)
Dari berbagai sumber : Diolah
Dari berbagai sumber : Diolah
Mari Berteman ^^
David Iskandar | Create Your Badge